Exclusive: Sahil Shah

Exclusive: Sahil Shah

Kamis, 08 November 2018 15:13:12 WIB Selebriti
Blog single photo

Foto: Andi Borland

ONE LIFE IS NOT ENOUGH

Bolly.id - Maraknya serial India hingga mendatangkan aktor dan aktris India ke Tanah Air, membuat banyak pegiat sinetron dan beberapa acara televisi mulai menampilkan wajah-wajah India. Mungkin nama Sahil Shah belum begitu dikenal di depan masyarakat Indonesia, karena Sahil terbilang baru di dunia pertelevisian Indonesia. Wajah khas dan tubuh tinggi atletisnya kini sudah bisa kita saksikan di beberapa sinetron dan acara-acara televisi.

Meski fasih berbahasa Indonesia, pria 27 tahun ini rupanya belum begitu lama tinggal di Indonesia. Ketika Sahil baru saja lulus kuliah, 4 tahun lalu, ia langsung mendapat kesempatan untuk bekerja sebagai tim kreatif di rumah produksi Balaji Telefilms. “Aku kerja di situ, dua bulan tetapi bete. Gimana nih baru lulus kuliah langsung kerja, kayak enggak ada hidup sama sekali,” kata Sahil.

Sahil yang anak tunggal itu mencoba sharing dengan sang ayah yang biasa ia sebut Daddy, yang sudah lebih dulu tinggal di Indonesia. “Kebetulan Daddy udah 13 tahun di Indonesia, dia sutradara. Jadi Daddy bilang, ya udah resign aja. Ke Indonesia aja, holiday ajalah dulu,” cerita Sahil.

Akhirnya Sahil pun terbang ke Indonesia dengan tujuan berlibur semata. Memasuki bulan ke-4 di Indonesia, tanpa sengaja Sahil menonton suatu fashion show, “Men Fashion Week” di Plaza Indonesia. Di sanalah ia ditawari agen model 21 mm untuk menjadi model. Setelah menerima tawaran itu Sahil mengikuti “Nylon Face Off 2012” untuk majalah Nylon dan berhasil masuk Top Ten. Dari sana karier modelnya Sahil dimulai.

Pada 2014 Sahil sempat kembali ke India untuk mengikuti kompetisi “Mr India” yang digawangi oleh Times of India. Berkat usaha kerasnya, Sahil masuk Top Ten dan dikontrak selama setahun.

“Karena jadi Mr India jadi mereka kasih latihan akting. Jadi aku latihan akting di sana 6 bulan. Kalau latihan aktor India beda dari latihan aktor negara manapun, karena harus bisa joget. Joget sih bisa, tetapi jogetnya gimana bisa joget dengan arahan koreografer,” katanya.

Meski sekarang berada jauh dari tanah kelahirannya, Sahil mengaku tetap mencintai negaranya tersebut. Sahil juga berbagi sedikit tentang budaya di India yang tidak banyak orang Indonesia ketahui. Satu di antaranya mengenai antusiasme masyarakat India terhadap film-film dalam negeri, khususnya Bollywood. “Sedikit budaya di India, orang India itu beda banget sama orang Indonesia soal nonton. Kalau orang India satu kali enggak makan enggak masalah tetapi harus nonton. Mereka tuh suka banget nonton,” tandasnya.

Selain menekuni dunia modeling, Sahil juga pernah menjadi asisten sutradara beberapa film seperti film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Single, sebelum akhirnya ia tinggalkan karena ingin menekuni dunia akting.

Berikut obrolan singkat wartawan Bollywood Inside Indonesia (BII) dengan aktor yang sekarang sedang menjalani syuting sinetron Nadin di ANTV tersebut:

Apa yang membuat Anda jatuh cinta pada Indonesia?

Karena Indonesia semenjak aku mulai karier, welcome banget sama aku. Terus aku lihat Indonesia adalah salah satu negara yang suka sama budaya India. Jadi aku tuh kalo ke mana-mana selalu welcome sama orang Indonesia. Yang bikin aku jatuh cinta sama Indonesia, jadi aku tuh nge-direct dan enggak banyak orang tahu. Saat itu aku ada kesempatan jalan-jalan ke Padang, lucu sekali, kampung yang di dalam banget, kalau sampai sana mereka tuh bilang kuch kuch hota hai. Mereka semua tahu kuch kuch hota hai. Aku nyanyi, aku joget sama mereka. Mereka tuh suka dari hati, aku senang. Jadi seolah aku jadi ambassador budaya India untuk Indonesia. Apapun aku menjadi sekarang, itu gara-gara Indonesia.

Film Bollywood yang Anda Sukai?

Aku suka film-film karya Raj Kumar Hirani, 3 Idiots, PK. Karena semua film-film dia, menginspirasi dan berasa real banget.

Siapa aktor yang paling Anda sukai?

Kalau satu aktor kayaknya enggak mungkin, karena semua aktor itu punya karakter sendiri-sendiri. Kalau kharisma, enggak ada yang ngalahin SRK. Kalau bilang akting, mendalami karakter, Aamir Khan enggak ada yang nandingi. Kayak 3 Idiots, dia main 3 Idiots umurnya sudah 45 tahun, tetapi dia bisa yakinkan kita bahwa di dalam film tersebut ia masih berusia 21 tahun, itu luar biasa menurut aku. Film terbarunya, Dangal, dia naikin berat badan sampai berapa kilo, pokoknya dia jadi gendut untuk kebutuhan karakter, kemudian balik lagi sixpack untuk kebutuhan karakter dia muda, itu sangat inspiratif. Itu yang bikin aku komit untuk jadi aktor. Kalau dibilang siapa yang disuka, 3 Khan, Shahrukh Khan, Aamir Khan, dan Salman Khan. Salman Khan itu superstar. Dia itu masa bodoh sama koreografi, “Aku Salman Khan, aku jogetnya kayak begini, tetapi semua suka.”

Sekarang orisinalitas seperti apa yang Anda inginkan? Sebelum menjadi aktor, terpikirkah ingin jadi aktor yang seperti siapa?

Role model untuk akting banyak, tetapi ingin jadi Sahil Shah.

Dalam arti, Sahil Shah yang seperti apa?

Aku baru mulai akting di Indonesia 8 bulan. Aku ingin mendapat peran yang bagus, yang emang bisa aku mainin. Emang sempat kemarin aku (main) sinteron juga, Surga yang ke-2 di SCTV, Nayla di SCTV perannya dokter. Aku ingin dapet peran utama atau peran pendukung utama. Biar aku bisa mainin drama. Sebenarnya bagus, karena ibu-ibu di rumah mereka nonton, mereka ikut sedih, ikut senang sebenarnya itu seperti charity. Daripada mereka bosen jadi mereka cari hiburan. Sebenarnya platform film, sinetron itu sangat baik. Jadi, aku ingin membantu menghibur banyak orang di Indonesia biar ikut tertawa sama saya ikut sedih sama saya. Kalau itu bisa tercapai bikin penonton di rumah senang gara-gara akting aku, cita-citaku tercapai.

Apakah ada target bermain sinetron religi?

Sebenarnya, kalau kita batasin seorang aktor itu memang enggak baik. Memang aku menjadi aktor karena aku mau. I wanna feel different character. Aku ingin menjiwai beda-beda karakter. Aku ingin satu sinetron jadi pilot, sinetron kedua jadi tentara, emang aku jadi aktor karena I think one life is not enough. Satu hidup itu gak cukup kita jadi semua. Tetapi kalo jadi aktor, kita bisa semuanya. Kita bisa jadi apapun yang kita mau.

 

Ketika berperan, ada yang tidak bisa membedakan antara peran di film dengan kenyataan. Bagaimana Anda menyikapi fenomena tersebut?

Aku belajar dari India. Kalau kita berperan jadi jahat, terus orang-orang maki-maki kita. Sebenarnya untuk aktor itu bisa dibanggakan. Berarti sukses. Di India kalau berperan jahat, suka perkosa pasti namanya Ranjit. Sampai Ranjit (karakter asli) mau lamar untuk nikah, enggak ada yang mau kasih cewek ke dia, karena semua orang mikir dia itu suka perkosa. Tetapi dia bilang, aku merasa aku sukses.

Bagaimana Anda mengatasi supaya tidak berkelanjutan?

Kita harus variatif dengan peran kita. Jangan jadi jahat terus. Jangan jadi baik terus. Jadi kalau variatif mungkin gak akan terjadi stigma, atau persepsi.

Industri suka memberikan label, kalau satu kali label jahat maka dikasih peran jahat. Jadi pemilih projek harus hati-hati.

Apa kelebihan dari Bollywood yang akan dikontribusikan di Indonesia?

Bisa membawa etika akting dari India, karena kalau jadi aktor di sana sangat kompetitif. Harus ada etika kerja.

Apakah ada tokoh yang diidolakan dalam hal etos kerja?

Etika kerja yang idolakan itu, Amitabh Bachchan. Sampai umur sekarang enggak pernah telat. Lalu di lokasi dia duduk baca koran karena dia enggak mau gosip. Pokoknya sangat profesional. Udah umur 75 lebih tetapi masih aktif. Itu aku contohin di tempat kerja saya. Sangat disiplin orangnya. Salut buat Amitabh Bachchan. SRK emang superstar tetapi Amitabh itu megastar. Soalnya karier dia panjang dibanding semua orang. Rata-rata aktor berusia di atas 50 tahun, kariernya redup. Setelah itu enggak bisa naik lagi, tetapi Amitabh terus aja sampai sekarang.

Mengingat Daddy Anda adalah seorang sutradara, pernahkah terpikir untuk bikin drama ala India bersama Daddy?

Orang India bisa berkarier di Indonesia. Ada pro dan kontra. Kontranya, aku enggak pernah main di India. Karena aku emang enggak pernah struggle di India. Mereka udah main duluan di India terus ke sini. Sementara mereka enggak ngerti budaya Indonesia sebagus aku mengerti. Bahasanya lebih fasih jadi kita cuma bisa menyiapkan diri. Tunggu aja saatnya Allah kasih rezeki. Saat Allah kasih rezeki kita harus siapkan yang terbaik.

Menurut Anda, apakah industri perfilman Indonesia bisa seperti Bollywood?

Dari hati, aku mau perfilman Indonesia maju. Soalnya Indonesia sangat unik. Negara Islam terbesar di dunia. Strategis sekali. Waktu saya syuting Beriman Traveler di Amerika, mereka bilang kalau Amerika tangkap Indonesia karena negara Islam terbesar tetapi  enggak terlalu ekstrem dan pikirannya masih terbuka.

Film sebenarnya tools yang powerful banget untuk komunikasi tentang budaya ke seluruh dunia. Bollywood bikin film karena itu budaya India. Suka sekali sekarang Indonesia buat film berkualitas dan sukses. Aku ada pesan buat film Indonesia, jangan jauh-jauh dari apa yang Indonesia punya. Jangan mau bikin film kayak Amerika, India, atau ala ala Korea, tetapi bikin film yang memang Indonesia. Aku mau lihat Indonesia beberapa tahun ke depan, orang di India atau dimanapun bisa bilang, Wah itu film Indonesia. Bisa bilang karena mungkin karena ciri khasnya, pasti nemulah. Industri besar punya ciri khas seperti Korea. Kalau kita nonton film Korea pasti orang bilang, itu film Korea. Kalau nonton film Thailand orang langsung berujar, itu film Thailand. Begitu pula film India. Mudah-mudahan Indonesia ketemu ciri khasnya. Kalau ketemu itu pintu buat go international.

Apa pandangan Anda mengenai film Bollywood yang sekarang cenderung berkiblat ke Hollywood?

Pasti ada zamannya, pasti ada yang coba seperti itu. Akan tetapi yang bisa sukses yang bisa blend. Sebenernya aku enggak setuju mereka lupa sama budaya.

Seperti lagu, kalau emang butuh, lagu itu bisa bangun emotion yang kita enggak bisa dari dialog. Kalau ada musik itu beda. Daripada buang, kamu harus lebih kreatif. Dulu ‘kan dikit dikit lagu. Masukin lagu yang emang penting menyatu dengan cerita. Jangan ngikutin Hollywood, tetapi bikin pattern Bollywood yang udah ada, lebih bagus lebih kreatif lebih seru. Musikal dari India lebih keren. Gak ada yang bisa kalahin India untuk musikal. Kalau musikal di Hollywood aku gak ngerti. mereka dialog tetapi nyanyi. Ya kalau mau nyanyi ya nyanyi sekalian aja kalau mau dialog ya dialog aja sekalian, jangan dialog sambil nyanyi. Kalau orang India nyanyi ya nyanyi bukan dialog.

Lagu Bollywood yang paling Anda sukai?

Lagu-lagu sufi seperti Khwaja Mere Khwaja dari Jodha Akbar, Allah Ke Bande, dan lagu-lagu dari Haji Ali. Dengar lagu itu pasti langsung tenang karena sufi ada ajaran-ajaran tentang Islam. Mendengarnya hati langsung tenang, stres jadi hilang. Kalau mendengar lagu-lagu sufi, aku merasa lagi India.

Ada rencana balik ke India dalam waktu dekat?

Rencana balik? Soalnya kalau aku aktor harus selalu siap untuk opportunity. Kalau aku ke sana terus (kesempatan mendapatkan projek) hilang, ‘kan sayang. Di sini aku ngerasa sempurna karena keluargaku ada di sini. Indonesia bagus mau cari makanan India banyak. Merayakan holi, diwali banyak di sini.

(vivie hardika/ ireng halimun)

*Artikel ini telah diterbitkan di Majalah Bollywood Inside Indonesia Edisi 21/2017

Top